Kisah ini berlatar di era Taisho. Karena sebuah anakronisme, desa tersebut memiliki adat istiadat cabul yang tak terbayangkan saat ini. Seorang gadis desa miskin, yang dijauhi oleh tetangganya karena dianggap anak yang najis, mati-matian berusaha menghindari pengusiran dari desa. Suatu hari, ia dipilih sebagai korban seksual untuk mengakhiri situasi kelaparan dan kemiskinannya. Para pria selalu ingin melahap tubuhnya yang menggairahkan... Dengan pemikiran ini, mereka membuat ritual kuno untuk mengubahnya menjadi budak seks. Karena ingin menghindari pengucilan oleh desa, gadis desa yang naif dan penurut ini menghabiskan hari-harinya dengan melayani penis penduduk desa yang kotor secara seksual. Ia diperkosa beramai-ramai, dipaksa menyemprotkan cairan keperawanan dengan nikmat, dan di dunia lain, para pria melahapnya satu demi satu, melahapnya hingga batas hasrat seksual mereka. Tak seorang pun menolongnya, tetapi inilah kenyataan yang menyedihkan: jika ia tidak kawin, ia tak akan bisa lagi memasuki desa. Akan tetapi, gadis desa itu menjadi semakin cabul, dan pemandangan itu menjadi rutinitas sehari-hari, hingga kehadirannya menjadi sangat diperlukan...